Kenapa Bangsa Mesir Kuno Menyembah Kucing?

Kucing Mesir Kuno

idnzero - Kecintaan orang Mesir Kuno terhadap kucing begitu terkenal di seluruh dunia. Sebenarnya, ada banyak hewan yang dicintai dalam budaya Mesir Kuno, namun tidak ada lebih spesial yang dipuja dari kucing. Kucing menjadi teman bagi orang Mesir Kuno yang imut, runcing, dan berbulu pernah dianggap sebagai dewa. Ia mewakili banyak kualitas penting dan nilai sakral yang dijunjung tinggi oleh orang Mesir kuno.

Bangsa Mesir kuno juga kerap membuat banyak mumi kucing dengan berbagai macam hiasan. Diketahui, merekalah yang menciptakan pemakaman hewan peliharaan pertama yang tercatat dalam sejarah. Terdapat situs pemakaman berusia hampir 2.000 tahun yang sebagian besar berisi kucing dengan kalung besi dan perhiasan khusus. Tidak memandang status, Orang Mesir sudah lama menjalin hubungan asmara dengan kucing, bahkan dari rakyat jelata hingga firaun ataupun bangsawan. Kucing bukan hanya sumber persahabatan, tetapi juga simbol status dan sumber kekaguman.

Banyak kerajinan dengan motif kucing telah ditemukan yang bahkan masih bertahan hingga ribuan tahun sejak masa pemerintahan firaun di tepi Sungai Nil. Kucing mampu mempertahankan status tingginya selama berabad-abad, yang dicatat secara rinci dalam sumber kuno. Status kucing ini ternyata tidak pengurangan, walaupun terjadi perubahan dari sistem pemerintahan di Mesir. 

Sampai pada era modern ini, meskipun cara penyampaian kasih sayangnya berbeda dengan masa lalu. Akan tetapi, sama seperti kita dalam menyayangi yang tidak mengurangi rasa cintanya terhadap hewan imut satu ini. Lantas kenapa kucing begitu spesial bagi masyarakat Mesir Kuno. Oke, berikut ini ialah jawaban lengkap dan krolonlogis dari pertanyaan mengenai: mengapa orang Mesir kuno menyembah kucing? 

{getToc} $title={Table of Contents}

Kucing di Mesir Kuno

#1. Pelindung Rumah dan Hama

Ketika peradaban Mesir Kuno di Sungai Nil berkembang, terutama mengenai pertanian. Orang Mesir Kuno mulai meninggalkan gaya hidup berpindah-pindah (nomaden) menjadi bercocok tanam dan berburu. Perubahan tersebut diikuti dengan munculnya dan sistem tata negara yang menjadikan kerajaan. 

Peradaban Mesir Kuno menjadi jaya dengan kelimpahan bahan makanan dari hasil pertanian. Namun, terdapat masalah baru yaitu tempat menyimpan makanan terancam oleh hama seperti tikus, ular, dan kalajengking. Hama tersebut, cukup menggangu keamanan rumah dan tempat persinggahan makanan.

Pada saat itulah, kucing muncul dan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Mesir Kuno. Kucing menjadi satu-satunya makhluk yang bisa membuat dunia menjadi aman. Tidak heran, jika Orang Mesir begitu mencintai mereka.

Lama kelamaan, kucing mulai terbiasa memasuki kehidupan manusia. Mereka dikagumi karena sifat setianya, kucing adalah sahabat yang sangat berguna. Orang Mesir Kuno kerap membawa kucing kesayangan mereka dalam perjalanan berburu di mana mereka dilatih untuk membantu mengambil ikan dan burung. 

peran kucing mesir kuno
Museum Brooklyn

Selain itu, kucing Mesir Kuno juga dapat membunuh ular beracun dan kalajengking serta menjaga keamanan rumah. Orang Mesir kuno juga mengagumi kualitas kucing lainnya, seperti perhatian kucing betina terhadap anak-anaknya.

Dengan demikian, tidak mengherankan jika status kucing naik seiring waktu ketika hewan kucing menjadi makhluk suci.

Terdapat bukti awal dari persahabatan dekat antara kucing Mesir dan manusia berasal dari pulau Siprus. Para arkeolog menemukan kuburan kucing prasejarah berusia 9.500 tahun yang dikubur bersama  pemiliknya. 

#2. Simbolisme Spiritual Dewi Bastet

Meskipun kucing memainkan peran penting dalam agama ataupun Mitologi Mesir Kuno, banyak yang salah paham bahwa orang Mesir menyembah atau pun memuja kucing. Sebenarnya dalam perspektif orang Mesir, mereka menganggap kucing (dan hewan lain) sebagai wadah yang dipilih oleh para dewa untuk kemudian diadopsi. 

Kucing begitu dihargai sebagai hewan pemburu yang ganas dan pelindung rumah dan anak mereka. Berbagai ciri ini juga dikaitkan dengan dewi pelindung Bastet, yang dianggap sebagai lambang wanita Mesir. Dewi ini mewujudkan semua kualitas kucing, seperti kesenangan, keanggunan, dan kelicikan. Kuil pemujaan yang dipersembahkan untuk Dewi Bastet adalah rumah bagi banyak kucing. Dengan begitu, segala perbuatan yang menyakiti kucing akan dianggap sebagai penghinaan terhadap dewi ini.

Kucing juga dianggap sebagai pelindung dunia bawah, sama halnya seperti Dewi Bastet. Mereka diyakini dapat menangkal penyakit menular dan roh jahat, dengan secara simbolis menghubungkannya dengan kucing. Jimat juga kerap digunakan oleh para pemuja untuk meminta perlindungan dan berkah Dewi Bastet. Pembuatan patung kucing juga banyak dilakukan dengan tujuan untuk menghormatinya, serta diberikan sebagai hadiah dengan harapan dewa akan menjawab doa, atau diberikan sebagai tanda terima kasih atas doa yang dijawab.

Ada juga pembuat hadiah untuk Dewi yaitu mumi kucing. Kucing terpilih akan dikorbankan dimumikan dan dikuburkan di pemakaman terdekat yang didedikasikan untuk sang dewi. Kuburan kucing tumbuh sedemikian rupa sehingga pada abad ke-19, mumi kucing yang tak terhitung jumlahnya digali selama penggalian. 

Banyak mumi kucing ini, dibungkus dengan baik dan diberi hiasan kepala yang dekoratif. Menurut "Book of the Dead" karya Raymond Faulkner and Ogden Goelet, pemilik percaya bahwa mereka akan dipersatukan kembali dengan pelindung setia mereka di akhirat. Kebanyakan orang Mesir menguburkan kucing peliharaan mereka di suatu kuburan khusus hewan peliharaan. 

Tempat tersebut ditemukan para arkeolog dengan bukti bahwa sisa-sisa kucing yang ada disana dipelihara dengan baik dan sering mati karena usia tua. Orang Mesir Kuno juga memiliki etika keras mengenai membunuh kucing tanpa izin adalah perbuatan yang nista. Bahkan jika ada orang yang melanggar, akan dijatuhkan hukuman berat akibat melakukan kekejaman terhadap kucing. 

#3. Mumifikasi

Mumifikasi merupakan praktik umum di Mesir Kuno, yang digunakan untuk mengawetkan tubuh orang yang sudah meninggal untuk kehidupan setelah kematian. Proses ini merupakan proses yang sakral, dan hanya diperuntukkan bagi anggota masyarakat yang kaya dan berkuasa. Namun, satu hewan yang sering dimumikan di Mesir Kuno ialah kucing. Kucing memiliki tempat khusus dalam masyarakat Mesir Kuno, dan mumifikasi mereka dipandang sebagai cara untuk menghormati status suci mereka.

Salah satu alasan mengapa kucing dimumikan di Mesir Kuno adalah karena hubungannya dengan dewi Bastet. Bastet adalah dewi rumah, kesuburan, dan persalinan, dan sering digambarkan sebagai seorang wanita berkepala kucing. Dia adalah salah satu dewa paling populer di Mesir Kuno, dan pusat pemujaannya terletak di kota Bubastis. Memumikan kucing dipandang sebagai cara untuk menghormati Bastet dan memastikan bahwa kucing-kucing itu akan menemaninya di akhirat.

Selain hubungannya dengan Bastet, kucing juga dipandang sebagai simbol perlindungan dan keberuntungan. Mereka diyakini memiliki kekuatan magis, dan sisa-sisa mumi mereka sering digunakan sebagai jimat atau ditempatkan di makam sebagai persembahan kepada para dewa. Tindakan mumifikasi itu sendiri dipandang sebagai transformasi simbolis kucing dari makhluk fana menjadi makhluk abadi, yang mampu hidup di alam baka.

Proses mumifikasi kucing mirip dengan proses mumifikasi manusia, meskipun ada beberapa variasi. Kucing akan dibersihkan dengan hati-hati dan kemudian organ-organ tubuhnya akan diambil dan disimpan dalam guci, yang kemudian dikuburkan bersama kucing tersebut. Tubuhnya akan dibungkus dengan perban linen dan ditempatkan di peti mati yang dihias, yang sering kali dihiasi dengan gambar dewi kucing Bastet.

#4. Budaya Mesir Kuno

Dalam Budaya Mesir Kuno, kucing diperlakukan dengan sangat hormat. Mereka diadopsi ke dalam rumah dan sering diperlakukan dengan cara yang sama seperti anak-anak. Bisa dibilang, kucing menjadi bagian dari keluarga Orang Mesir Kuno. Sama seperti penjelasan diatas, kucing diyakini sebagai makhluk ajaib dengan energi ilahi. Kucing dalam budaya Mesir Kuno dipercaya membawa keberuntungan bagi mereka yang merawatnya. 

Mereka memiliki tempat khusus dalam budaya dan gaya hidup Mesir Kuno, kucing sering digambarkan dalam mural, lukisan, patung, maupun monumen. Kucing sering direpresentasikan dalam berbagai bentuk seni. Representasi artistik kucing dalam seni menunjukkan kesakralan dan signifikansi spesies kucing dalam budaya Mesir.

Salah satu representasi artistik kucing yang paling terkenal di Mesir Kuno adalah patung dewi kucing Bastet. Bastet adalah dewi rumah, kesuburan, dan persalinan, dan sering digambarkan sebagai wanita berkepala kucing. Patung Bastet sebagai kucing merupakan motif yang populer dalam seni Mesir, dan melambangkan hubungan erat sang dewi dengan spesies kucing. Patung Bastet juga berfungsi sebagai simbol perlindungan dan keberuntungan dan sering ditempatkan di rumah-rumah sebagai jimat.

Bentuk lain dari representasi artistik kucing di Mesir Kuno adalah simbol hieroglif kucing. Hieroglif kucing adalah representasi bergaya kucing yang melambangkan perlindungan dan keberuntungan. Simbol ini sering digunakan dalam prasasti dan bentuk komunikasi tertulis lainnya, dan berfungsi sebagai simbol yang kuat akan pentingnya kucing dalam budaya Mesir Kuno.

Kucing juga direpresentasikan dalam seni Mesir dalam lukisan dan bentuk seni dekoratif lainnya. Mereka sering digambarkan bersama manusia, berfungsi sebagai sahabat atau sebagai simbol rumah tangga. Dalam beberapa lukisan, kucing diperlihatkan sedang berburu tikus atau burung, yang merupakan kegiatan umum bagi kucing peliharaan di peradaban Mesir. Kucing-kucing dalam lukisan-lukisan ini digambarkan dengan sangat rinci, dengan fitur dan tanda unik mereka yang terlihat jelas.

Selain representasi mereka dalam seni, kucing juga digunakan sebagai motif dekoratif dalam berbagai bentuk seni Mesir Kuno. Gambar kucing sering digunakan sebagai elemen dekoratif pada perhiasan, furnitur, dan berbagai benda rumah tangga lainnya. Gambar kucing sering digunakan dalam kombinasi dengan simbol perlindungan dan keberuntungan lainnya, seperti Mata Horus atau Ankh.

lukisan kucing mesir kuno
The Metropolitan Museum of Art

Selain itu, terdapat sebuah festival tentang kucing yang terbesar dan terpopuler bernama Bubast. Festival tersebut digunakan untuk menghormati Dewi Bastet. Ratusan ribu orang yang bersuka ria berkumpul untuk menari, minum, dan memberikan persembahan serta pengorbanan kepada dewi. Walaupun ada juga ritual pengorbanan kucing disana, namun bukanlah hal yang aneh di Mesir kuno. 

Pada zaman dahulu kucing dipuja sebagai dewa; mereka tidak melupakan ini.” Jadi lain kali Anda membersihkan kotak pasir, pastikan Anda menghormati beberapa tokoh paling penting di seluruh Mesir kuno. Dan pertimbangkan untuk menamai kucing penyelamat Anda berikutnya "Bastet".

- Terry Pratchett

Kesimpulan

Berdasarkan dari penjelasan diatas mengenai pengaruh kucing di era Mesir Kuno, dapat disimpulkan sekaligus menjawab pertanyaan, Kenapa Bangsa Mesir Kuno Menyembah Kucing?

Bangsa Mesir Kuno percaya bahwa kucing merupakan makhluk mulia dan sebagai wadah penghormatan terhadap dewi Pelindung Bastet. Terkait dengan perannya dalam cerita membunuh ular berbisa dan melindungi firaun sejak Dinasti Pertama Mesir.

PENUTUP
Nah, itulah penjelasan lengkap tentang artikel berjudul Kenapa Bangsa Mesir Kuno Menyembah Kucing?. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan sedulur. Purnaning Atur Matur Nuwun #CMIIW #UPGRADEYOURKNOWLEDGE

xclnoob NET

Meet me xclnoob NET, a mere mortal who happens to be a writer and illustrator. I channeled my thoughts and feelings into the words of my writing with passion and a sense of creativity.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak